Sunday, March 22, 2009

Warna Soulvibe

Dunia musik Indonesia kembali kedatangan peserta baru, dengan hadirnya grup band Soulvibe. Band yang terdiri atas tujuh personel ini mengusung aliran soul pop dan RnB.

Dalam acara peluncuran album perdananya di Hard Rock Cafe, Jakarta, Senin lalu, Soulvibe menunjukkan permainan panggung yang prima. Walau memainkan lagu-lagu yang relatif baru di telinga, mereka mampu mengajak para pendengarnya bergoyang sesuai dengan irama. Mereka membawakan beberapa lagu, seperti Arti Hadirmu, Terang Jiwa, dan Percayalah.

Soulvibe adalah grup band yang berangkat dari panggung ke panggung. Beberapa ajang bergengsi yang pernah diikuti antara lain Jazz Goes to Campuss, Java Jazz, dan Prom Nite SMU. Penampilan Soulvibe pada acara peluncuran album itu menunjukkan bahwa mereka adalah grup band panggung, bukan sekadar band rekaman.

Duo vokalis, yakni Rizqi Rizaldi, 22 tahun dan Bayu Adiputra (22), mampu memikat pengunjung dengan aksi panggung dan tarikan suaranya. Adapun personel lainnya memainkan porsinya dengan baik. Mereka adalah Ramadhan Handy (bas), Frans Martatko (keyboard), Adhika Winasis (gitar), Muhammad Caesar Rizal (drum), dan Adrianto Ario Seto (synthesizer). "Mereka masih muda dan rata-rata masih kuliah," kata salah seorang produser dari Gowa Music, Rayendra Sunito.

Dalam album yang dinamai sesuai dengan nama bandnya, Soulvibe, anak-anak muda ini menyuguhkan 11 lagu yang memiliki berbagai warna. Namun, tema utama tetap kisah kasih dan persoalan putus cinta. Layaknya grup pop lainnya, mereka menghadirkan lirik-lirik yang puitis. Namun, bedanya, suasana putus cinta dinyanyikan dalam alunan yang nge-beat, seperti dalam lagu Masih. "Kalau patah hati kan tidak harus sedih. Kami mengemasnya dengan energetik," kata Ramadhan Handy.

Selain tema cinta, salah satu lagu mereka bertema religius, yakni Terang Jiwa. Uniknya, lagu religius ini diiringi musik yang dancing dan dan juga nge-beat. Liriknya pun tak kalah puitis.

...
Kini kusadari hati
yang tertutup pada diri-Mu
Kehadiran-Mu di setiap nafasku
Sinari terang jiwaku
...

Satu hal yang agak mengganggu adalah bercampurnya bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam beberapa lagu milik grup band yang terbentuk pada 2003 ini. Menurut Ramadhan, hal itu karena susah mencari terjemahan dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan alur lagu. "Sebagai sebuah seni, ketika dua bahasa itu dipadukan, ternyata lebih asik," kata vokalis Bayu.

Dennis Junio Gani : "Jazz adalah sebuah pilihan"


Ditengah maraknya bermunculan band-band muda yang bernuansa pop atau rock dan lebih memikirkan komersialitas, muncullah seorang sosok ramaja yang lebih memilih bermain musik dengan warna yang sangat jarang digemari oleh kaum muda, yaitu Jazz. Sosok belia yang masih berusia 15 tahun tersebut bernama Dennis Junio Ganni. Dennis adalah seorang saxophonist
muda yang kini bergabung dengan band yang digawangi oleh anak dari gurunya, Benny Likumahuwa, yaitu Barry Likumahuwa Project.

Bagi Dennis, musik Jazz adalah sebuah warna yang sangat digemarinya dari kecil. Di usia 3,5 tahun Dennis sudah mulai memainkan instrument yaitu Piano. Dan sejak saat itu Dennis terus concern di warna musik yang menurutnya unik dan indah untuk dimainkan tersebut. Untuk bermain saxophone, Dennis baru memulainya kurang lebih 2 tahun yang lalu, setelah beberapa instrument, Piano, Biola bahkan vokal telah piawai digunakannya, dan ternyata semua hal yang telah dipelajari tersebut
sangat berpengaruh dan berguna dalam instrumen tiup yang digunakannya saat ini.

Ketika ditanya di usia yang masih muda Dennis mau bermain berdampingan dengan para senior untuk bermain Jazz, Dennis menjawab bahwa musik Jazz adalah sebuah pilihan dan dia juga tidak menganggap musik yang lain jelek atau tidak layak dipelajari bahkan dimainkan. Tetapi bagi Dennis musik adalah selera, dan dia merasa sangat beruntung di usia yang masih muda belia, sudah bisa menentukan selera warna musiknya yaitu Jazz.

Dennis Junio Gani hingga sekarang juga terus menuntut ilmu musik dari maestro Benny Likumahuwa. A New Jazz Star Has Born ??? Perjalanan Dennis masih sangat panjang, dan yang pasti kita harus terus mendukung Dennis.

Fusion Jazz

Fusion jazz memang identik dengan bantuan teknologi canggih seperti MIDI. Fusion adalah cabang dari jazz mainstream yang didalamnya sudah dicampur rock dan funk.

Mengacu pada namanya, Jazz Rock atau Fusion adalah tipe Jazz yang musisinya dalam mengapresiasikan sampai melewati batas sampai kedaerah Rock ataupun jenis musik lain. Fusion mengkombinasikan kebiasan-kebiasaan & energi dari musik Rock dengan harmonisasi yang sempurna dan kebebasan improvisasi Jazz.

Jazz Rock fusion berbeda dari konvensional Jazz dibeberapa aspek. Pemakaian Rhythm yang lebih kaku dan sedikit menggoyang perasaan. Dibeberapa bagian artis tambahan memainlain suatu yg berseberangan, dengan pengembangan rhythmic dan bentuk rhythmic yg tidak standar yang ditumpukan pada ekspresi.

Penggunaan alat electric/electronic seperti gitar electrik, bass electric dan synthesizer sering menggantikan alat musik tradisional jazz seperti saxophone, trumpet dan bass betot.

apa kata musisi jazz tentang facebook

Sihir Facebook tengah melanda dunia. Hingga saat ini saja, misalnya, lebih dari 150 juta orang di dunia terkoneksi di dalam situs jejaring sosial ini. Facebook telah menjadi trend baru penduduk Bumi. Indonesia pun tak mau ketinggalan. Saat ini jumlah account Facebook yang berasal dari Indonesia sudah mendekati angka 1,5 juta orang, dan menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara!

Musisi jazz pun tak luput dari sihir Facebook. Sejumlah musisi jazz tanah air telah terdaftar di Facebook. Di antaranya Indra Lesmana, Benny Likumahuwa, Riza Arshad, Syaharani, Balawan, Bintang, Indro Hardjodikoro, Tohpati, Aksan Sjuman, hingga musisi belia Indra Azis.

The Remedy, kesuksesan jason mraz

Meski baru mengenal gitar dalam usia 18 tahun, selera musik Jason Mraz terbilang tinggi. Musisi kelahiran Virginia 23 Juni 1977 ini sangat populer di Amerika Serikat, Jepang dan Australia setelah single perdananya The Remedy (I Won’t Worry), sering diputar di berbagai radio, MTV dan VH1. Kepopuleran The Remedy sangat membantu kesuksesan penjualan album perdana Jason, Waiting for My Rocket to Come, yang berhasil meraih platinum.

Album berikutnya, Mr A-Z – yang bisa juga dibaca Mraz, dirilis pada 26 Juli 2005. Album ini berhasil duduk di peringkat 5, dalam Billboard 200 tangga album terlaris. Dalam pekan pertama ketika dirilis, album ini terjual 90.000 kopi dan pada Desember 2005, album ini meraih nominasi penghargan Grammy .

Untuk mendukung penjualan album ini, Jason menggelar tur di San Diego, September 2005. Pada bulan Januari 2006, Jason menggelar dua konser di Manila, Filipina dalam rangka promosi album Mr A-Z. Pada tahun yang sama, Jason juga menggelar konser di Inggris bersama James Blunt. Saat ini Jason tengah mempromosikan album terbarunya We Sing, We Dance, We Steal Thing yang dirilis 13 Mei 2008.

Single pertama dalam album terbarunya, I’m Yours, berhasil meraih posisi pertama dalam tangga lagu radio AAA di Amerika Serikat. Pada September 2008, komposisi ini menjadi komposisi pertama Mraz yang menembus peringkat 6, Billboard 100 dan hingga Oktober 2008 album ini sudah terjual lebih dari 500.000 kopi di Amerika Serikat saja

Monday, March 16, 2009

Jusuf Kalla Nonton Jason Mraz di Java Jazz 2009


Jakarta - Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, menghadiri ajang musik Java Jazz Festival 2009. JK datang bersama istri, Mufidah Kalla, sekitar pukul 19.15 WIB.

Rombongan Wapres tiba dengan pengawalan ketat sehingga menarik perhatian ribuan pengunjung yang datang. JK langsung menuju Assembly Hall JCC untuk menyaksikan penyanyi asal Amerika Serikat, Jason Mraz yang sudah beraksi 30 menit sebelumnya.

JK bersama rombongan ditempatkan di sebuah balkon khusus di dalam arena Assembly Hall. Kedatangan JK sempat menyita sejumlah penonton, namun mereka lebih antusias menyaksikan aksi panggung Mraz.

Jika para penonton berjoget dan menirukan lagu-lagu Jason Mraz, JK malah terlihat serius. Ketua Umum Partai Golkar itu hanya duduk diam menyaksikan Jason Mraz menyanyikan lagu-lagu andalannya.

Jamie Aditya: Old soul singer on jazz festival

James Adityawarman Graham atau lebih dikenal dengan nama Jamie Aditya, adalah seniman muda yang dianugrahi multibakat; penyanyi, penulis lagu, musisi, komedian, penari, pemain film, presenter TV. Pria kelahiran tahun 1970 di Canberra ini awalnya dikenal sebagai VJ di MTV Asia dan MTV Indonesia pada tahun 1990-an. Obsesi berikutnya adalah mencoba terjun ke dunia musik. Bukan jauh panggang dari api karena bakat bermusik telah ada sejak Jamie kecil.

Ia mulai belajar gitar klasik sejak umur 14 tahun di Jakarta. Materi dengarannya kemudian adalah musik-musik metal, rock, blues, sampai kepada musik Sunda. Di Australia juga sempat bermain dalam sebuah band reggae. Di Indonesia sendiri dia sempat bermain bersama kelompok Humania dan pernah berduet dengan Glenn Fredly di lagu “Good Times” dalam album “Aku Dan Wanita”. Saat ini Jamie Aditya sedang menggarap album solo bernuansa soul bersama Hendra (personil band indie Rock n’ Roll Mafia dari Bandung), DJ Sumantri dan Ade Habibie.

Beberapa lagu Jamie Adiyta dapat didengarkan di myspace yang ia buat. Coba saja simak “I ain’t the one acoustic”, “shine on”, “Now you’re gone”, “You’re just an alien” dan “Wondeful Day” yang sangat kental dengan nuansa old soul, gospel, Soul Stirrers, Pilgrim Traveler, Sam Cooke periode awal sebelum ia bermain di ranah pop, sampai Otis Redding, Womack Bros dan Sly Stone. Beberapa waktu yang lalu Jamie mempresentasikan lagu-lagunya itu di panggung Jakarta International Soulnation Festival 2008.